Anoman Duta/ Anoman Obong
Anoman Duta/ Anoman Obong
Prabu Rama akhirnya memerintahkan kepada Anoman untuk melakukan
perjalanan kenegeri Alengka. Hal ini dilakukan oleh Prabu Rama
mengingat berita yang simpang siur tentang keberadaan Dewi
Sinta.Pertimbangan itu diambil karena Anoman memiliki kesaktian yang
cukup tinggi. Sehingga apabila menghadapi musuh yang ditemuinya nanti
dalam perjalanan, akan dapat diselesaikan dengan baik. Terlebih-lebih
pula Anoman dapat terbang keangkasa, sehingga Prabu Rama dapat
memperkirakan, perjalanan Anoman akan lebih cepat dari pada para
senapati lainnya. yang lewat daratan. Apalagi perjalanan ini akan
melewati samudera, dan merupakan tugas pertama menuju Alengka
Anoman berpamitan kepada Prabu Rama,untuk segera melaksanakan tugas. Namun kemudian datanglah Anggada menghadap Prabu Rama. *Anggada adalah putra Subali dengan Dewi Tara. Anggada minta Prabu Rama untuk membatalkan niatnya untuk mengutus Anoman ke Alengka. Akhirnya Anoman dan Anggada berkelahi memperebutkan tugas ke Alangka. Prabu Rama melerai keduanya agar tidak berkelahi.
Anoman berpamitan kepada Prabu Rama,untuk segera melaksanakan tugas. Namun kemudian datanglah Anggada menghadap Prabu Rama. *Anggada adalah putra Subali dengan Dewi Tara. Anggada minta Prabu Rama untuk membatalkan niatnya untuk mengutus Anoman ke Alengka. Akhirnya Anoman dan Anggada berkelahi memperebutkan tugas ke Alangka. Prabu Rama melerai keduanya agar tidak berkelahi.
Keduanya didudukkan bersama. Prabu Rama menguji kelebihan masing-masing. Prabu Rama menanyakan pada Anoman berapa lama waktu perjalanan yang ditempuh dalam melakukan tugas. Anoman menyangggupi 10 hari. Diperkirakan oleh Anoman, Kerajaan Alengka jauh letaknya, disamping itu ada kemungkinan dalam perjalanan nanti akan menghadapi mata-mata Prabu Dasamuka, yang pasti akan menghambat perjalanan berikutnya. Sedangkan Anggada menyanggupi 7 hari. Kemudian keduanya tawar menawar. Anoman menyanggupi 5 hari parjalanan menuju Alengka. Anggada tidak mau mengalah, ia menyanggupi 3 hari perjalanan menuju Alengka. Anoman akhirnya menyanggupi 1 hari. Kemudian Prabu Rama menunjuk Anoman untuk berangkat ke Alengka. Perjalanannya menuju Alengka disertai Para Punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong..
Untuk memudahkan perjalanan, para punakawan dimasukkan dalam kancing gelung Anoman. Dari penulis menginginkan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong bisa terbang, mengikuti Anoman yang sedang terbang dalam perjalanannya ke Alengka, namun karena tidak lazim, ada Semar, Gareng, Petruk dan Bagong bisa terbang, maka mereka saya masukkan saja dalam kancing gelung Anoman. Mereka sebenarnya bisa terbang, karena Semar adalah jelmaan Dewa, Gareng dan Petruk adalah gandarwa sedangkan Bagong adalah bayangan Semar.
Pada hari pertama perjalanannya, Anoman pergi ke kahyangan, menemui Batara Surya . Dimintanya Batara Surya mau mengikat matahari supaya tidak bergeser ke Barat. Batara Surya keberatan,dan tidak bisa menyanggupi kemauan Anoman. Anoman memaksa Batara Surya untuk memenuhi permintaannya.Maka terjadilah perkelahian antara keduanya. Semar segera melerai perkelahian mereka. Akhirnya Semar sendiri yang minta agar Batara Surya mau menuruti kehendak Anomann. Akhirnya.Batara Surya memenuhi keinginan Anoman, mengingat Semar adalah Sanghyang Ismaya adalah ayahanda Batara Surya sendiri,.Anoman meminta Batara Surya tidak melepaskan matahari sampai Anoman kembali ke Pancawati.. Batara Surya menuruti permintaan Anoman. Batara Surya mengikat matahari yang posisinya masih diatas kepala, sehingga negeri Pancawati akan mengalami siang yang berke panjang an selama Anoman dalam perjalanan.
Ditengah perjalanan di angkasa menuju Alengka, Anoman kehilangan arah. Anoman sudah berada diatas lautan Hindia. Laut luas membiru. Anoman terkejut merasa ada kekuatan besar yang menyedot tubuhnya, Tiba-tiba saja tubuh Anoman tertarik kebawah dan masuk dalam perut raksasa.Raksasa itu Wil Kataksini, yang bertugas menjaga lautan Alengka. Tubuh Anoman tidak berdaya dan berusaha keluar dari mulut raksasa Wil Kataksini.
Anoman dengan sekuat tenaga menendang-nendang dan mencakar-cakar dalam perut Wil Kataksini. Kataksini merasa dalam perutnya perih dan geli. Anoman yang ada dalam perut itu di muntahkan kembali keluar mulutnya. Setelah itu tubuh Wil Kataksini menjadi limbung, dan roboh, Wil Kataksini tewas.
Sementara itu tubuh Anoman bagaikan dibanting, Anoman jatuh terpelanting di daerah pegunungan. Anoman memperkira kan daerah Suwelagiri, sangat cocok untuk menghimpun pasukan dan menyusun pertahanan Prabu Rama dalam penyerangan ke istana Alengka atau tempat unntuk memata-matai Prajurit Alengka.
Anoman sudah tidak bisa terbang lagi. Ia melanjutkan perjalanan lewat daratan dengan tertatih-tatih. Setelah berjalan begitu lama, Anoman tidak kuat lagi. Ia jatuh pingsan. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, segera keluar dari kancing gelung Anoman. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong membawa Anoman ketempat berlindung.
Tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah goa, yaitu Goa Windu tempat bersemayamnya seorang pertapa wanita bernama Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba adalah mantan istri Prabu Dasamuka. Ia seorang bidadari. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang memapah Anoman sudah sampai dihadapan Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba segera menyambut kedatangan para tamunya. Setelah beberapa hari dirawat di dalam goa, Anoman sadar dari pingsannya. Ia terkejut ketika mengetahui dirinya berada di dalam istana yang megah, Anoman kagum ternyata di dalam goa terdapat istana yang megah dan indah. Ia pun melihat ada seorang dewi cantik berada dihadapannya. Anoman tertarik kecantikan Dewi Sayempraba. Selama dalam perawatan Dewi Sayempraba Anoman tidak tahu apa yang dilakukan pada dirinya.
Kelihatannya Anoman terpedaya dengan kecantikan dewi Sayempraba. Anoman dan para punakawan dijamu dengan makanan yang lezat dan minuman yang menyegarkan. Anoman dan para punakawan makan dengan lahapnya.Anoman memang lapar. Sudah lama ia pingsan jadi sudah beberapa hari tidak makan. Selesai makan minum, Anoman berpamitan mau melanjutkan perjalanan menuju Alengka. Dewi Sayempraba menghalangi Anoman, agar tidak meninggalkan Goa Windu. Sayempraba menghendaki agar Anoman bersedia memperistrinya. Anoman menolak ajakan dewi Sayempraba. Kemudian Anoman segera mengajak para punakawan meninggalkan istana Sayempraba.
Sepeninggal Anoman, Dewi Sayempraba gundah gulana. Ia kecewa Anoman tidak menanggapi cintanya. Padahal Dewi Sayempraba sangat mencintainya. Namun Dewi Sayempraba percaya, kalau Anoman akan kembali ke Goa Windu pada suatu saat.
Setelah beberapa lama berjalan meninggalkn goa. Tiba-tiba kedua mata Anoman seakan akan melihat seberkas cahaya yang sangat menyilaukan. Kemudian pandangan menjadi gelap, Anoman menjadi buta Anoman menjadi sedih, Ia merasa gagal melak sanakan tugas dari Prabu Rama. Para panakawan memapah Anoman dan mencarikan orang yang dapat mengobati sakitnya.
Anoman kelihatannya masih beruntung, agaknya tangisannya didengar oleh seekor burung garuda, yang bernama Sempati. Sempati mencoba mengobati Anoman. Sebelumnya Burung Sempati memohon dewa agar dapat menyembuhkan mata Anoman. Sempati mengobati kedua mata Anoman dengan meneteskan air liur dari paruhnya. Permohonan burung Sempati kepada dewa, agaknya dikabulkan Dewa, Anoman sembuh. Anoman sudah tidak buta lagi.
Burung Sempati menceriterakan saudaranya, Burung Jatayu, yang tewas ketika melawan Prabu Dasamuka. Burung Jatayu sebenarnya mau menyelamatkan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka. Namun Jatayu gagal membawa Dewi Sinta ke Ayodya, karena Prabu Dasamuka, membabat kedua sayapnya dan lehernya dari belakang, sehinga burung Jatayu jatuh ke bumi.Sedangkan Dewi Sinta dapat direbut kembali oleh Prabu Dasamuka dan dibawa ke negerinya, Alengka. Beberapa saat kemudian, Jatayu pun tewas. Anoman mendengar cerita Burung Sempati menjadi semakin yakin, bahwa yang menculik Dewi Sinta adalah Prabu Dasamuka. Anoman dan para Punakawan mengucapkan terima kasih pada burung Sempati karena telah menyembuhkan Anoman dari kebutaannya. Anoman dan para Punakawan berpamitan kepada burung Sempati, untuk meneruskan perjalanannya ke negeri Alengka Oleh Anoman para Punakawan dimasukkan kembali dalam kancing gelungnya. Kemudian Anoman melesat jauh keangkasa menuju Istana Alengka. Perjalanan Anoman ke istana Alengka dirasa tidak terlalu lama lagi. Setelah beberapa saat kemudian sampailah Anoman ke Istana Alengka.
Indrajid anak Prabu Dasamuka yang sedang berjaga di luar Istana melihat sekelebatan makhluk asing yang berlalu dihadapannya. Indrajid penasaran, ia segera mencari keseluruh penjuru Istana. Anoman sekarang sudah berada di taman Asoka. Ia bersembunyi diatas pohon Nagasari yang rimbun daunnya.
Sementara itu di Kaputren taman Asoka, Prabu Dasamuka merasa kecewa, karena dewi Sinta belum mau diboyong ke dalam Istana. Prabu Dasamuka berniat memaksa dewi Sinta untuk melayani dirinya. Namun niat Prabu Dasamuka dapat diurungkan oleh Dewi Trijatha anak Wibisana, adik Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka meninggalkan taman Asoka dengan kecewa.
Untuk menghilangkan gundah hati Dewi Sinta, Dewi Trijatha mengajak Dewi Sinta ke taman bunga yang letaknya dekat pohon Nagasari, dimana tempat Anoman bersembunyi. Anoman segera meloncat dari pohon. Kedua wanita itu menjadi terkejut, ketika melihat makhluk asing didepannya. Anoman memperkenalkan diri bahwa ia utusan Prabu Rama. Anoman menyampaikan pesan Prabu Rama agar Dewi Sinta bersabar menunggu kedatangan Prabu Rama untuk menjemputnya. Anoman menawarkan jasa, apabila Dewi Sinta menghendaki Anoman akan membawa pulang ketempat Prabu Rama.
Anoman memberikan cincin dari Prabu Rama kepada Dewi Sinta. Dewi Sinta menerima pemberian cincin dari Prabu Rama, dan dipakai dijari manisnya. Namun sayang cincin itu menjadi kebesaran, karena Dewi Sinta menjadi kurus kering, setelah tinggal di Alengka. Dewi Sinta menitipkan sebuah sisir yang sudah lama tak dipakai. Karena sejak di Alengka Dewi Sinta sudah tidak mau menyisir rambut dan merawat dirinya. Kelihatannya badan Dewi Sinta menjadi rusak. Dewi Sinta merasa tersiksa di negeri orang, jauh dari Prabu Rama. Dewi Sinta tidak bersedia dibawa Anoman pulang ke tempat Prabu Rama. Dewi Sinta menginginkan Prabu Rama sendiri yang menjemput pulang.
Belum selesai mereka saling bicara, Indrajid dan pasukannya telah mengepung taman Asoka. Anoman sengaja tidak memberi perlawanan, agar mereka menangkap dirinya. Anoman bermaksud mengukur kekuatan pertahanan Alengka. Indrajid segera membawa Anoman ke tempat Prabu Dasamuka yang sedang mengadakan pertemuan agung, yang dihadiri Patih Prahasta, adik-adik Prabu Dasamuka, seperti Kumbakarna, Sarpakenaka, Wibisana, para putera Prabu Dasamuka serta raja-raja taklukan Kerajaan Alengka.
Setelah Anoman dibawa masuk ke dalam Istana, Indrajid menghadap Ayahandanya dan melaporkan semua kejadian yang baru terjadi. Mendengar itu muka Prabu Dasamuka menjadi merah padam.Prabu Dasamuka marah bukan kepalang.
Oleh Prabu Dasamuka, Indrajid disuruh mengikat Anoman di depan istana, dan dibakar hidup-hidup.Indrajid berangkat melaksanakan tugas. Anoman digelandang keluar istana dan di ikat di tiang depan istana. Anoman melihat beberapa orang perajurit membawa kayu bakar, dan menumpukkannya di sekeliling Anoman berdiri. Indrajid dan para perajuritnya masuk kembali ke istana, dan melaporkan kesiapannya untuk membakar Anoman .
Sewaktu Indrajid dan perajurit-prajuritnya masuk istana, datanglah Togog, seorang Abdi Kerajaan Alengka jelmaan Sanghyang Antaga mendatangi Anoman. Dibawakannya Anoman sebuah kendi yang berisi air minum yang sejuk dan menyegarkan. Anoman memang sejak tadi merasakan kehausan, karena sejak kedatangannya di negeri Alengka belum minum sama sekali.Anoman segera menerima kendi itu dan meminumnya. Anoman merasakan tubuhnya menjadi segar kembali.
Anoman berterima kasih kepada Togog dan berpesan, agar Togog memasang janur kuning diatap rumahnya.
Tiada lama kemudian Indrajid bersama ayahandanya, Prabu Dasamuka beserta para adik dan putera-putera yang lainnya mendekati Anoman. Wibisana, Adik Prabu Dasamuka meminta kakaknya bisa berbuat bijaksana. Dimintanya Prabu Dasamuka melepaskan Anoman dan menyuruhnya pulang ke Negara asalnya.
Prabu Dasamuka tidak memperdulikan permintaan adiknya. Prabu Dasamuka segera menyuruh Indrajid segera membakar Anoman. Dengan sekali sulut saja, terbakarlah seluruh tumpukan kayu disekeliling Anoman. Anoman kelihatan sudah terbakar dan sekarang yang nampak hanyalah nyala api yang membumbung tinggi. Api semakin membesar dan menjilat-jilat sampai setinggi istana.
Setelah ikatan Anoman terlepas, Anoman terbang dengan membawa api yang menyala ditubuhnya. Api tidak membakar Anoman. Anoman melemparkan api-api itu keseluruh bangunan istana. Istana Alengka terbakar. Penghuninya lari pontang-panting.Seluruh bangunan istana habis terbakar.
Untunglah masih ada satu tempat yang tidak terbakar, yaitu sebuah rumah gubug milik Tejamantri Togog. Prabu Dasamuka dan segenap keluarga dan perangkatnya mengungsi kerumah Togog. Selesai membakar istana Alengka, Anoman pun meninggalkan Alengka kembali ke negeri Pancawati.
Anoman sekarang sudah kembali ke Negara Pancawati. Mataharipun mulai bergeser ke barat.Rupanya Bathara Surya telah mengetahui kepulangan Anoman ke Pancawati, sehingga tali pengikat matahari pun dilepas.
Anoman kemudian menceriterakan semua kejadian yang dialami, khususnya pertemuan dengan Dewi Sinta.Kepada Rama, Anoman menyerahkan titipan Dewi Sinta berupa sisir yang sudah lama tidak dipakainya. Dewi Sinta tidak akan pergi dari Alengka kalau yang menjemput bukan Prabu Rama sendiri. Sehingga ajakan Anoman untuk memboyong Dewi Sintapun ditolak olehnya. Prabu Rama bersedih hati mendengar laporan Anoman, ia terharu mengetahui Dewi Sinta istrinya selalu setya padanya. Prabu Rama berjanji akan segera menyusul Dewi Sinta ke Alengka, untuk memboyongnya pulang kenegeri Ayodya.
Prabu Rama segera bersiap-siap menggelar perang melawan Prabu Dasamuka.Prabu Dasamuka nantinya hanya ada dua pilihan, memilih dengan cara damai yaitu Prabu Dasamuka mengembalikan Dewi Sinta kepada Prabu Rama, ataukah dengan perang.
Untuk membawa pasukan ke negeri Alengka, Prabu Rama merenca nakan membuat jembatan atau menambak air laut sehingga di laut ada jalan yang bisa dilewati pasukan Prabu Rama, mulai dari Pantai Pancawati ke daratan Alengka.***
Komentar
Posting Komentar