Siraman



Satu hari sebelum upacara ijab, dilaksanakan upacara siraman. Kata siraman berasal dari Kata siram yang berarti mandi. Siraman mengandung arti rnemandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan murni/suci lahir batin. Pada zaman dulu  upacara siraman selalu dilaksanakan pada pagi hari antara pukul 10.00 sampai pukul 11.00.  Dewasa ini upacara siraman biasanya dilaksanakan pada sore hari, sekitar pukul 16.00 karena dapat langsung dilanjutkan dengan upacara midadareni.
Upacara siraman biasanya dilakukan oleh para pinisepuh atau orang-orang yang telah tua dan dituakan,  terutama orang yang telah mempunyai cucu atau setidak-tidaknya orang tua yang telah berputra dan mempunyai budi perilaku yang dapat dijadikan teladan karena akan diminta berkahnya.
Untuk upacara siraman sebetulnya jumlah orang yang akan memandikan tidak dibatasi, semakin banyak semakin baik asal jumlahnya ganjil. Namun untuk menjaga agar calon pengatin tidak kedinginan maka jumlah orang yang akan memandikan ditetapkan pitu (tujuh orang) yang berarti pitulungan. Siraman ini akan diakhiri oleh juru rias atau sesepuh (orang yang dituakan) dengan memecah kendi/klenthing dari tanah liat.

Perlengkapan  dan Sajen Upacara Siraman
Perlengkapan  yang perlu disediakan dalam upacara siraman terdiri atas:

a.       Air dari sumber
Air bersih dari sumber dipakai untuk memandikan calon pengantin agar menjadi murni/suci dan bersih lahir batin. Hal ini merupakan persiapan untuk menyambut kedatangan sang bidadari yang akan turun  dari kahyangan (surga) untuk memberikan doa restu dan ikut mempercantik putrinya yang akan melangsungkan pernikahan.

b.      Kembang Setaman (bunga sritaman)
Kembang setaman merupakan bunga-bunga yang tumbuh di taman seperti mawar, melati, kanthil dan kenangan. Bunga-bunga ini ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai untuk supaya menjadi harum.
c.       Konyoh Manca Warna
Konyoh merupakan lulur/bedak basah yang dibuat dari tepung beras dan kencur serta bahan pewarna. Manca atau panca (lima) warna (warna maksudnya lima macam warna. Jadi Konyoh Manca Warna artinya lulur yang terdiri dari lima macam warna, meliputi merah, kuning, hijau, biru dan putih. Konyoh ini berfungsi sebagai sabun yang dapat menghaluskan tubuh.
d.      Landha merang, santan kanil, air asem
Landha merang (abu merang yang direndam dalam air) yang berfungsi sebagai shampo, sanatan kanil (air perasan parutan kelapa yang kental) yang berfungsi untuk menghitamkan rambut dan air asem digunakan sebagai conditioner. Apabila ingin praktis dapat diganti dcngan shampo dan conditioner yang banyak dijual di pasaran.

e.       Dua butir kelapa yang sudah tua
Kedua kelapa   ini sebagian sabutnya diikat menjadi satu dan dimasukkan ke dalam air
yang sudah ditaburi kembang setaman.

f.       Alas Duduk
Alas duduk calon pengantin dalam upacara siraman terdiri dari:
  • Klasa bangka, yaitu tikar berukuran sekitar setengah meter persegi yang terbuat dari  pandan
  • ­Sehelai mori(kain putih) dan sehelai kain.
  • ­Daun-daunan yang terdiri dari daun kluwih, daun kara, daun apo-apo. daun awar-awar daun turi, daun dhadhap srep, alang-alang, dan duri kemarung.
  • ­ Dlingo bengle
  • ­ Empat macam kain motif bango tulak, yaitu kain yang tengahnya berwarna putih dan tepinya berwarna tua yaitu biru tua, kunjng, hijau, dan merah.
  • Sehelai  kain motif yuyu sekandang, yaitu kain lurik tenun berwarna coklat bergaris-garis berwarna kuning.
  • ­Sehelai kain motif pulo watu, yaitu kain lurik berwarna putih berlerek/bergaris hitam.
  • ­Sehelai kain letrek berwarna kuning
  • ­Sehelai kain jingga atau berwarna merah tua.
g.    Sehelai mori berukumn dua meter Kain putih palos ini dikcnakan pada saat upacara siraman dan kain batik untuk alas sebelum memakai mori.
h.    Sehelai kain motif grompol dan sehelai kain motif nagasar Kain motif rompol dan nagasari ini bisa diganti dcngan motif Iain yang juga bermakna positif (baik), misalnya: motif sidamukti, sidaasih, semen raja, semen rama, sidaluhur.
i.    Sabun dan handuk Dimaksudkan untuk membersihkan dan mengeringkan badan.
j.    Kendhi atau klenthing
Kendi ini berisi air bersih yang digunakan untuk menutup dan mengakhiri upacara siraman.
k.  Sajen Siraman
Sajen siraman meliputi :
  • Tumpeng  robyong
  • ­Tumpeng  gundhul
  • ­Dahar asrep-asrepen
  • ­Satu sisir pisang raja dan satu sisir pisang pulut masing-masing berjumlah genap.
  • ­Buah-buahan lengkap (pala gumantung, pala kependem direbus, dan pala kesampar).
  • ­Empluk-empluk diisi bumbu dapur lengkap
  • ­Satu butir telur ayam karnpung
  • ­Satu butir kelapa yang sudah dikupas
  • ­Satu tangkep (tangkup) gula kelapa
  • ­Juplak/damar/pelita, sama dengan sajen tarub
  • ­Kembang telon (kanthil, melati, kenanga)
  • ­Tujuh macam   jenang-jenangan
  • ­Jadah jenang dodol, wajik, kacang tanah yang masih ada kulitnya direbus
  • ­Satu ekor  ayam jantan.
Ayam jantan  sebagai syarat Sajen siraman dan kerik ini setelah selesai dapat diberikan kepada periasnya

Pelaksanaan Upacara Siraman
Upacara Siraman yang berlaku untuk calon pengantin pria dan wanita (pelaksanaannya di rumah masing-masing) ini merupakan suatu lambang dan harapan agar calon pengantin menjadi suci, bersih dan bercahaya. Perlengkapan yang rnenyertai rangkaian upacara siraman juga merupakan suatu lambang yang masing-masing mempunyai makna yang sangat mendalam. Misalnya bunga Sritaman yang ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai untuk siraman mengandung arti agar keharuman yang dimiliki bunga siraman tersebut akan meresap ke tubuh calon pengantin hingga menjadi harum tubuhnya dan kelak dapat membawa keharuman nama keluarga di tengah masyarakat. Sedangkan konyoh manca warna: mengandung arti bahwa dengan lima macam Konyoh yang digosok-gosokkan ke tubuh pada saat siraman maka diharapkan bermacam-macam cahaya bersinar menjadi satu dan meresap kc dalam tubuh calon pengantin sehingga tampak antik dan mempesona. Sementara dun butir kelapa Hijau tua yang diikat menjadi satu mengandung makna agar kelak kedua mempelai selalu hidup rukun dan tetap hidup berdampingan sampai akhir hayat atau hidup rukun sampai kaken-kuken ninen-ninen.
Adapun upacara siraman sebagai berikut:
  1. Bunga sritaman ditaburkan ke dalam bak air. Air yang dipakai untuk siraman dapat berupa air dingin tetapi dapat pula diganti dengan air hangar agar sang calon pengantin tidak kedinginan. Air tersebut dapat dimasukkan ke dalam pengaron (bejana dari tanah liat sebagai tcmpat untuk mcnampung air). Selanjutnya dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu lalu dimasukkan ke dalam air tersebut.
  2. Calon pengantin yang telah mengenakan busana siraman dcngan alas kain dan bagian luar memakai kain putih (mori), dcngan rambut terurai, dijemput oleh orang tua dari kamar pengantin dan dibimbing ke tempat upacara siraman. Di belakang mereka mengiringi para pinisepuh serta petugas yang membawa baki berisi seperangkat kain yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan pcdupan. Seperangkat kain dan handuk tersebut digunakan setelah upacara siraman selesai. Setelah sampai di tempat upacara  calon pengantin dibimbing dan dipcrsilahkan duduk di tempat yang telah disediakan oleh kedua orang tua.
  3. Setelah diawali dcngan doa menurut kepercayaan masing-masing, orang tua calon pengantin mengawali mengguyur atau menyiram calon pengantin dcngan air bersih dari pengaron yang telah ditaburi bunga siraman dan berisi dua butir kelapa hijau yang digandeng. Orang tua calon pengantin yang lebih dahulu mengguyur adalah ayah, kemudian ibu. Pada saat mengguyur sebaiknya diiringi doa yang diucapkan dalam hati Pada saat mengguyur diiringi menggosokkan konyoh manca warna dan landha merang; kemudian diakhiri dcngan guyuran tiga kali.
  4. Upacara Siraman ini diakhiri dan ditutup oleh juru paes atau bisa juga oleh sesepuh yang ditunjuk. Cara mengakhiri upacara ini sebagai berikut:
  • ­Pertama-tama juru paes/sesepuh mencuci rambut dcngan Landha merang, santan kanji dan air asem (sebagai conditioner) serta menggosok-gosokkan konyoh manca warna ke seluruh tubuh dan memandikannya sampai sungguh-sungguh bersih. Setelah bersih calon­    pengantin meletakkan kedua tangannya di depan dada dcngan sikap nyadhong donga (memohon dalam doa) dan juru paes menuangkan air kendi agar digunakan untuk berkumur. Hal ini dilakukan tiga kali.
  • ­Selanjutnya juru paes mcngguyurkan air kendi ke kepala calon pengantin tiga kali.
  • ­Kemudian  air kendi dituangkan lagi untuk membersihkan wajah, telinga, leher, tangan dan kakai.  Masing-masing dilakukan tiga kali, sampai air kendi habis.
  • ­Setelah kendi tersebut kosong, selanjutnya juru paes/scscpuh mengucapkan kata-kata: Wis Pecah pamorc (sudah berakhir masa remajanya) sambil memecah kendi di depan calon pengantin dan disaksikan oleh orang tua dan para pinisepuh.

Setelah upacara tersebut berakhir calon pengantin berganti dcngan mengenakan kain motif Grompol dan menutup badan dcngan kain motif nagasari. Selanjutnya dibimbing oleh kedua orang tua dan diiringi para pinisepuh menuju ke kamar pengantin. Kedua kain motif grompol dan motif nagasari tersebut dapat diganti dcngan motif lain yang mempunyai makna baik. Pada zaman dulu upacara siraman dilaksanakan di kamar mandi, sedangkan sekarang bisa dilaksanakan di tempat lain yang dirancang dihias secara khusus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opini

Unggah-Ungguh Basa Jawa

Purwakanthi